Mahesa Kelud - Simo Gembong Mencari Mati


MAHESA KELUD
KARYA: BASTIAN TITO
* Copyright naskah ini ditangan penerbit
LOKA-JAYA,hak cipta pengarang
dilindungi undang-undang.
* Dilarang mengutip, tanpa seijin
penerbit.
* Menterjemahkan karya ini dalam bahasa
Asing,tanpa seijin penerbitnya lebih
dahulu.
Scan/Convert/E-Book : Abu Keisel
Tukang Edit : Dewa Urakan
Episode 12

Awan berarak tinggi. Sesaat menyelimuti puncak gunung kemudian bergerak menjauh,ditiup angin ke arah timur. Di dalam pondok kayu beratap rumbia, letaki tuaitu duduk bersila. Kedua tangan diletakkan diatas paha. Mata kanan terpejam rapat sedang mata kiri yang hanya merupakan rongga besar nyalang menantang mengerikan. Janggutnya yang hitam panjang bergoyang-goyang ditiup angin yang masuk dari pintu. Dari batok kepalanya yang ditutupi rambut kotor awutan-awutan tampak mengepul asap hijau aneh.  Jelas orang tua ini tengah bersemedi sambil mengerahkan tenaga dalam yang sangat tinggi. Ketika sekelompok awan datang lagi menyelimuti puncak Gunung Kelud,orang tua bertampang angker ini membuka mata kanannya yang sejak tadi dipejamkan. Ternyata mata ini berwarna sangat merah,membuat wajahnya tambah menyeramkan untuk dipandang. Kemudian terdengar suaranya serak besar ketika mulutnya terbuka.
"Syukur kau sudah kembali Mahesa. Aku gembira!"
Dan mata kanan yang merah itu memandang tak berkedip pada sosok tubuh pemuda yang duduk khidmat dihadapannya.
"Muridku, kau berhasil mendapatkan pedang Samber Nyawa?"
"Berhasil Embah."
"Bagus!"
Mulut orang tua itu menyunggingkan senyum.Tapi senyum ini malah membuat tampangnya tambah seram.
"Bagus sekali! Lalu apakah kau juga sudah berhasil menemukan dan membunuh manusia bernama Simo Gembong?"
Sang murid Mahesa Kelud tidak menjawab. Diperhatikannya sesaat tanda hitam disiku tangan kanan orang tua itu. Hatinya berdebar. Tanda itu adalah salah satu dari ciri-ciri manusia yang namanya barusan disebutkan oleh sang guru!
"Aku bertanya. Apakah kau sudah berhasil menemukan manusia bernama Simo Gembong dan membunuhnya ....?"
Orang tua itu kembali bertanya.
"Embah Jagatnata," sahut MahesaKelud menyebut nama gurunya itu.
"Petunjuk-petunjuk yang saya dapatkan masih kurang jelas. Saya memerlukan tambahan petunjuk dari Embah. Air muka Embah Jagatnata tampak berubah.
"Kalau begitu, percuma kau dating kemari! Bukankah dulu sudah kuberi ingat? Kau sekali kali tidak boleh kembali kesini sebelum berhasil menemui dan membunuh orang bernama Simo Gembong itu?! Apa jawabmu Mahesa?!"


Download Selengkapnya:
File .txt
File Pdf

LihatTutupKomentar