Mahesa Kelud - Mayat Dalam Istana
MAHESA KELUD
KARYA: BASTIAN TITO
MAYAT DALAM ISTANA
Sambil berpegangan tangan kedua orang itu menuruni serambi rumah, melangkah ke ujung kiri halaman di mana tertambat dua ekor kuda. Ketika Supitmantil hendak membantu Wulansari naik ke atas kuda, tiba-tiba terdengar satu seruan yang luar biasa mengejutkan baik Wulansari apa lagi bagi Supitmantil. Muka pemuda ini berubah sepucat kain kafan!
"Wulan! Aku datang!"
Sebelum gema saruan itu lanyap, sesosok bayangan berkelebat. Di lain kejap Mahesa Kelud tampak tegak enam langkah di depan kedua orang itu, menatap dengan pandangan mata aneh, penuh tanda tanya.
"Mahesa! Kau . .. !"
Wulansari terpekik. Jelas ada kegembiraan pada wajahnya namun lebih banyak terlihat bayangan ketidakpercayaan akan pandangan matanya sendiri!
"Mahesa! Betul kau ini yang datang ... ?!"
"Wulan .... Ada apa? Apakah matamu tidak melihat hingga tidak mengenali diriku lagi?" tanya Mahesa tanpa bergerak dari tempatnya. Setelah berbulan-bulan tidak berjumpa dan penuh kerinduan tentu saja saat itu ingin dia memeluk istrinya. Tapi entah mengapa dia tetap diam ditempatnya. Ada sesuatu kelainan dirasakannya di puncak gunung Muria itu.
"Aku tidak buta. Aku dapat melihatmu dangan jelas Mahesa. Tapi .... Tentu Tuhan telah menyelamatkanmu dari malapetaka itu!"
Wulansari sandiri ingin lari menubruk Mahesa. Namun detik itu pula dia sadar akan keadaan dirinya yang telah menjadi istri Supitmantil. Parempuan ini merasakan tubuhnya berguncang, dadanya bargatar. Jalan nafasnya menjadi sesak. "Ya Tuhan! Bagaimana semua ini bisa terjadi... ?"