Mahesa Edan - Rahasia Ranjang Setan


PENDEKAR DARI LIANG KUBUR
KARYA : BASTIAN TITO

RAHASIA RANJANG SETAN

KEMATIAN MISTERIUS DI RUMAH PERKEBUNAN TEH
DUA PENUNGGANG kuda itu memacu kuda masing-masing laksana dikejar setan. Dalam waktu singkat keduanya telah meninggalkan daerah berbukit-bukit yang penuh dengan pohon-pohon teh. Selewatnya sebuah jembatan kayu di atas sungai barair kuning mereka membelok ke arah utara, memasuki hutan kecil, terus mengambil jalan ke timur hingja akhirnya memasuki sebuah desa di pinggiran Wonosobo. Saat itu sang surya baru saja muncul di ufuk timur. Udara masih terasa dingin dan embun masih bartengger di atas dedaunan. Kedua penunggang kuda tadi berhenti di halaman sebuah rumah besar menterang yang atapnya berbentuk joglo.

"Kau saja yang memberi tahu pada Jeng Jumilah," kata salah seorang dari penunggang kuda pada kawannya. Ketika temannya sudah turun dari kuda, dia tetap saja duduk di atas kudanya. Sang teman gelengkan kepala. "Tak berani aku. Lebih baik kau saja. Gila! Kenapa bisa jadi begini urusannya!"

"Kau hanya bisa merocos! Tapi bicara saja takut! Sudah pergi sana. Laporkan apa yang terjadi pada Kepala Desa. Tapi ingat, kejadian ini harus dirahasiakan..."

"Gila! Mana bisa urusan ini dirahasiakan? Orang mati mau dirahasiakan?!"

"Sudah! Pokoknya jangan terlalu banyak mulut! Lekas kau temui Kepala Desa!" Lelaki berkumis kecil, bernama Paiman turun dari kuda, setengah berlari menaiki tangga rumah besar lalu mengetuk pintu depan. Setelah beberapa kali mengetuk pintu terbuka dan muncul seorang pelayan perempuan.
"Hai kau Paiman…" Pelayan itu menegur: Dia memandang ke halaman. "Kau sendirian? Mana majikanmu?
Rupanya kalian bermalam di kebun. Jeng Jumilah semalaman tak bisa tidur…."
"Jeng Jumilah sudah bangun?" tanya Paiman.
"Baru selesai mandi…"

LihatTutupKomentar