Novel Misteri: Tara Zagita

Sekali melesat menimbulkan dentuman dahsyat. Menghentak kuat, bagaikan ingin membelah alam dimensi mistik. Suara dentuman itu bergelombang panjang, seolah-olah berjalan dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Ketika lidah petir alam mistik itu menyambar salah satu pucuk pohon hutan tèmbaga, maka dalam sekejap saja puluhan pohón lainnya ikut menjadi hangus terbakar dan hancur menjadi debu serbuk tembaga.
“Aku belum pernah melewati hutan ini, Paman. Apakah pohonpohonnya benar-benar terdiri dan lapisan logam tembaga?”
“Kurasa benar. Petiklah daun pohon yang pendék itu, Kumala. Coba, petiklah sehelai saja.”
Kumala Dewi menuruti saran tersebut. Anak pohon yang masih tergolong muda dengan tinggi hanya sebatas lutut itu memiliki daun selebar telapak tangan orang dewasa. Warnanya coklat bening. Sepertinya tampak rentan dan mudah dipetik.
Tapi kenyataannya tidak demikian. Kumala Dewi mengerahkan tenaganya untuk memetik sehelai, ternyata tidak bérhasil. Daun anak pohon itu selain keras juga kenyal. Dipulir ke kanan, kembali ke kiri, dipulir ke kiri kembali ke kanan. Ketika daun itu beradu dengan daun yang timbul adalah suara gesekan dan benturan logam tembaga. Traang, .zzssrreeng, traaang, trrreeeng, zzssreeeng...!
LihatTutupKomentar